Untukmu Ummi

Jika seandainya suatu ucapan diterima atau didengar oleh telinga, maka ucapan hati diterima oleh hati. Ucapan yang keluar dari kalbu akan diterima oleh kalbu juga. Tidak ada ucapan yang ikhlas dan ucapan yang bersih sebagaimana ucapan yang dituliskan oleh hati dan kalbu yang ikhlas.

Surat ini ditulis oleh seorang ibu untuk anak yang telah telah dewasa, Seorang anak yang telah membangun rumah tangga, telah mendapatkan pendamping hidup, dan telah merasakan kehidupan yang baru. Seorang ibu tersebut menuliskan suratnya dengan air mata dan hatinya. Kemudian ia titipkan kepada anaknya. Surat seorang ibu kepada anak adalah surat yang sangat luar biasa. Surat yang ditulis karena cinta dan didorong oleh rasa kasih sayang.

Berikut ini adalah petikan surat ibu tersebut kepada anaknya. Semoga bermanfaat.

“Bismillah.”

“Untuk anakku yang kusayangi di bumi Alloh Ta’ala.”

“Segala puji ibu panjatkan kehadirat Alloh Ta’ala yang telah memudahkan ibu tuk beribadah kepada-Nya. Sholawat serta salam ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad Shollolloohu ‘alaihi wasallam, keluarga, dan para sahabatnya.”

“Wahai anakku, kutulis surat ini dari tangan seorang ibu yang merana, yang ditulisnya dengan rasa malu, dalam kegelisahan, dan lamanya penantian. Lamanya dipegang pena ini hingga berlinang air matanya.”

“Wahai anakku, telah senja kini usia ibu dan aku melihat dirimu telah beranjak dewasa. Telah sempurna akal dan telah matang pikiranmu.”

“Wahai anakku, diantara hak ibu adalah sudi kiranya engkau membaca suratku ini. Namun bila engkau enggan wahai anakku, robeklah suratku ini sebagaimana engkau telah merobek-robek hati ibumu ini.”

“Wahai anakku, dua puluh lima tahun yang silam, kebahagiaan paling besar kurasakan dalam hidupku tatkala dokter mengabarkan kehamilanku. wahai anakku, setiap ibu sungguh telah mengetahui makna kalimat ini dengan baik.”

“Sungguh itu merupakan kebahagiaan dan kegembiraan, Inilah awal kepayahan dan perubahan dalam tubuhku. Setelah berita kegembiraan ini, ibu mengandungmu selama sembilan bulan dengan penuh kebahagiaan. Aku bangkit, tidur, dan makan dengan penuh kesulitan. Dan akupun bernafas dengan kepayahan.”

“Namun, semua kesulitan dan kepayahan ini tidak mengurangi sedikit pun rasa cinta dan sayangku padamu. Bahkan cinta kasihku semakin bertambah padamu. Seiring dengan berjalannya waktu, kian bertambah besar rasa rinduku menanti kehadiranmu.”

“Wahai anakku, aku mengandungmu dengan penuh kepayahan dan rasa sakit yang tiada terkira. Betapa gembiranya diriku tatkala kurasakan pergerakanmu dan bertambah pula kebahagiaanku tatkala kurasakan bertambahnya berat tubuhmu yang tentunya membuat berat bagi diriku. Sungguh inilah kepayahan yang panjang kurasakan.”

“Datanglah malam-malam dimana aku tak dapat tidur dan kedua mataku pun tak kuasa tuk kupejamkan. Anakku, kurasakan rasa sakit, kegelisahan, dan rasa takut yang mencekam yang tak bisa kuungkapkan dengan pena ini dan kukatakan padamu dengan ungkapan lisan.”

“Hingga aku melihat dengan kedua mataku seakan-akan kematian akan menjemput diriku sampai akhirnya kamu terlahir ke dunia. Air mata kepedihanku terpancar bersamaan dengan jerit tangismu. Hilanglah semua rasa sakit dan kepedihan.”

“Wahai anakku, telah berlalu masa-masa dimana aku meninabobokanmu di dadaku dan memandikan dirimu dengan kedua tanganku. Kujadikan pangkuanku sebagai ranjang bagimu dan susuanku sebagai makanan untukmu.”

“Aku terjaga sepanjang malam agar kamu dapat tertidur pulas dan aku berlelah diri di siang hari untuk kebahagiaan dirimu. Kebahagiaanku tatkala kamu meminta sesuatu pada ibu dan segera kupenuhi pintamu. Itulah puncak tertinggi kebahagiaanku.”

“Telah berlalu malam-malam dan telah berlalu hari demi hari. Demikian kulakukan semua itu untuk kebahagiaanmu. Melayanimu sepenuhnya dan tidak melalaikanmu. Menyusuimu tiada henti-hentinya dan merawatmu tanpa ada rasa kebosanan hingga besar tubuhmu.”

“Tibalah masa keremajaanmu dan tanda-tanda kedewasaanmu pun telah tampak pada dirimu. Hingga ibu mencarikan untukmu seorang wanita yang kau inginkan untuk kau nikahi.”

“Dan tibalah waktu pernikahanmu yang membuat sedih hatiku. Berlinang air mataku karena kebahagiaan dengan lembaran hidupmu yang baru. Bercampur duka yang dalam karena akan berpisah denganmu.”

“Kemudian tibalah masa-masa yang amat berat bagi diriku dimana kurasakan dirimu kini bukanlah buah hati yang dahulu kukenal. Sungguh engkau telah mengingkari diriku dan melupakan hak-hakku.”

“Hari terus berlalu dan tidak pernah lagi kulihat dirimu, tak pernah kudengar lembut suaramu, apakah kamu lupa kepada seorang wanita yang telah memeliharamu dengan penuh rasa cinta.”

“Wahai anakku, aku tidak menuntut apa-apa darimu. Jadikanlah diriku layaknya sahabat yang kamu miliki. Wahai buah hatiku, jadikanlah diriku sebagai salah satu tempat persinggahanmu yang senantiasa kamu kunjungi setiap bulan walau hanya sesaat.”

“Wahai anakku, gemetar seluruh tubuhku, lemah kurasakan badanku karena sakit yang aku derita. Berbagai penyakit silih berganti singgah kepadaku.”

“Aku tak mampu berdiri melainkan dengan kesulitan, aku tak mampu untuk duduk melainkan dengan kepayahan, dan senantiasa hati ini dipenuhi dengan rasa rindu akan cinta dan sayangmu.”

“Apabila suatu saat ada orang yang memuliakan dirimu, niscaya kamu akan memujinya karena perlakuannya terhadap dirimu dan kebaikan sikapnya pada dirimu. Wahai anakku, ibumu ini lebih banyak berbuat kebaikan pada dirimu dan berlaku ma’ruf padamu hingga tidak dapat dibalas dengan apapun jua.”

“Ibu telah merawatmu dan melayani semua kebutuhanmu bertahun-tahun lamanya. Manakah balasanmu? Apakah setelah semua ini, hatimu menjadi keras? Dan berlalunya waktu kian membuat dirimu jauh dariku.”

“Wahai anakku, acap kali aku mengetahui bahwa engkau bahagia dalam hidupmu, maka bertambah pula kebahagiaan dan kegembiraanku. Namun, betapa herannya ibu pada dirimu anakku, yang telah kubesarkan dengan belaian kedua tanganku.”

“Dosa apakah yang telah kuperbuat hingga aku menjadi musuh bagimu? Engkau tak mau menjengukku, beratkah langkah kakimu untuk mengunjungiku?”

“Apakah aku melakukan suatu kesalahan pada dirimu? Ataukah aku telah melakukan kelalaian dalam melayanimu? Jadikanlah diriku layaknya pelayan-pelayanmu yang engkau berikan upah kepada mereka.”

“Berikanlah aku sedikit saja rasa belas kasih dan sayangmu. Wahai anakku, berbuat baiklah pada diriku karena sesungguhnya Alloh akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat baik.”

“Wahai anakku, tak ada yang kuinginkan di dunia ini selain melihat wajahmu. Tak ada yang kuinginkan selain itu. Biarkanlah aku menatap wajahmu dan meredakan amarahmu.”

“Wahai anakku, bergetar keras detak jantungku dan berlinang deras air mataku melihat dirimu hidup bahagia dan tercukupi. Senantiasa manusia memperbincangkan akan kebaikanmu, kedermawanan, dan kemuliaanmu.”

“Wahai anakku, apakah kiranya hatimu masih memiliki seberkas rasa belas kasih terhadap seorang wanita yang renta dan lemah ini? Yang hatinya diliputi dengan kerinduan dan diselimuti dengan kesedihan?”

“Engkau telah membuat duka hatiku, membuat air mataku berlinang, menghancurkan hatiku, dan terputusnya hubungan.”

“Aku tak akan mengadukan kepedihan ini dan belum terhapus kedukaan ini karena bila naik menembus awan-awan dan mengetuk pintu-pintu langit niscaya bala akan datang padamu. Berbagai keburukan menghampirimu dan musibah besar akan menimpamu.”

“Tidak! Tak akan mungkin aku lakukan hal tersebut. Wahai anakku, kamu akan senantiasa menjadi buah hatiku, penyejuk pandanganku, dan kebahagiaan duniaku.”

“Sadarlah wahai anakku. Rambut putihmu mulai tampak. Telah berlalu waktu dan masa yang panjang yang menjadikan dirimu mulai menua.”

“Wahai anakku, bukankah balasan itu sesuai dengan perbuatan. Niscaya kamu akan menulis surat ini kepada anakmu dengan linangan air mata sebagaimana aku menulis surat ini untukmu.”

“Wahai anakku, takutlah kepada Alloh, hentikanlah tangisku dan hapuslah kedukaanku. Setelah itu, jika engkau inginkan, maka sobeklah surat ibumu ini.”

“Dan ketahuilah wahai anakku, “barangsiapa yang mengamalkan kebaikan, maka kebaikan itu untuknya dan barangsiapa yang berbuat keburukan, maka keburukan itu akan kembali padanya.”

“Wasallallohu ‘alaa nabiyyiina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wasallam.”

“Dari ibumu yang merana.”


***

ibu.... ingin sekali aku berbakti untukmu dari dalam kandungan kau berikan kasih sayang kepada setiap bayi yg ada dalam rahim mu. Kau jaga bayi mu agar tak terjadi apa2 dalam kandungan mu walau terasa lelah menopang perut mu yg kian hari kian membesar. Kau bertahan 9bulan 10hari demi untuk mengantarkan kami ke atas bumi ini. dari balita hingga kami dewasa kau berikan kasih sayang kepada kami dan kau berikan curahan belaian dan manja kepada kami. tapi kami hanyalah seorang anak yang tak tau bagai mana menggapai surga yg di sabdakan nabi.saw di bawah telapak kakimu. Terkadang kami menyalahkan arti kasih sayang mu, terkadang kami kesal dengan omelan mu, terkadang kami tak tahan untuk mendengar semua marahmu. tapi kami sadar bahwa semua yg kau lakukan kepada kami adalah demi kebaikan dan kasih sayang kepada kami anak2mu. Begitu banyak pengorbanan dan perjuanganmu membesarkan kami anak2 mu. ingin sekali kami memeluk mu, ingin sekali kami mencium mu, ingin sekali kami memberikan yang terbaik hanya untukmu. Tapi walau begitu kami tak ajan pernah bisa membalas semua jasa2 mu ibu. Karna kau rela terbangun di tengah kantuk ketika kami menangis menginginkan minum di tengah malam, kau rela memberikan selimut mu ketika cuaca dingin demi menutupi tubuh anakmu walau kau begitu memerlukanya. kau rela memberikan semua waktu mu untuk mendidik kami dan bahkan kau rela memberikan apa yg kami minta. ibu bakti mu tak akan pernah terbalas walau bumi beserta isinya kami jadikan bayaran untuk menebus semua jasa2mu dari melahirkan dan membesarkan kami. ibu terima kasih atas cinta dan kasih sayang yg kau berikan kepada kami. Ibu kau lah permata yg lain dari bagian bumi ini. Tanpa kau kami tak akan pernah ada di atas duni ini. aku cinta kau ibu.... ya alloh yg robi berikan lah ketabahan bagi semua ibu dalam membesarkan anak2nya dan berikanlah balasan surgamu atas semu jasa2nya. ya alloh, jika banyak waktunya lalai dalam taat kepadamu itu karna kami ya alloh anak2nya yg selalu membuatnya sibuk mengurus semua keperluan kami, ya alloh ampunilah dosa2 ibu-ibu kami baik yg telah lalu maupun yg akan datang sebab engkaulah pengampun semua dosa, ya alloh berikanlah ibu kami pahalah sebaik2nya pahala atas pengorbanannya membesarkan kami dan atas segala usahanya untuk membahagiakan kami. ya alloh yg maha pengasih lagi maha sayang berikanlah ibu kami keutamaan wanita2 yg mulia disisimu. robi firli wali wali daya warham humah kama robbayanii soghiro. amin.

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda di sini "but no SPAM,sara,or porno list because I will erase it"