Kavita, Putri Keluarga Hindu Ekstrim yang Masuk Islam
Kavita lahir dari keluarga Hindu yang taat. Keluarganya adalah anggota Shiv Sena, sebuah organisasi pemeluk agama Hindu di India yang dikenal ekstrim dan radikal. Tak heran jika Kavita sama sekali tidak mengenal agama Islam, bahkan ibadah wajib kaum Muslimin yang disebut salat pun ia tidak tahu, sampai akhirnya ia menjadi seorang muslim dan ibadah salatlah yang membuatnya mencintai Islam.
Setelah memeluk Islam, ia mengubah namanya menjadi Nur Fatima. Kisahnya menjadi seorang muslim, melalui jalan panjang dan berliku. "Saya lahir dan menikah di Mumbai, India. Usia saya 30 tahun, tapi saya masih merasa seperti anak yang masih berusia lima tahun, karena pengetahuan saya tentang Islam masih sedikit, tidak lebih dari pengetahuan yang dimiliki anak usia lima tahun," kata Kavita atau Nur Fatima yang menyandang gelar master dari Universitas Cambrigde ini.
"Saya menyesal, karena selama ini saya cuma mengejar gelar kesarjanaan di dunia , tapi tidak melakukan apapun untuk kehidupan di akhirat kelak. Sekarang, saya ingin melakukan sesuatu untuk kehidupan di Hari Akhir nanti," ujar Nur Fatima yang dianugerahi dua putra ini.
Ditanya tentang bagaimana awalnya ia memilih menjadi seorang muslim, Nur Fatima menjawab dengan mengungkapkan rasa syukurnya pada Allah Swt. "Pertama kali, saya ingin mengucapkan syukur pada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya. Ketika Allah Swt. berkehendak, Ia akan memberikan pemahaman pada seseorang tentang agama Islam," tuturnya.
"Saya tumbuh di lingkungan orang-orang Hindu ekstrim yang sangat membenci orang-orang Islam. Saya memeluk Islam setelah menikah, tapi sejak remaja saya tidak senang dengan penyembahan terhadap patung-patung ..."
"Saya ingat, dulu pernah menaruh sebuah patung sesembahan ke dalam ruang untuk mencuci di rumah. Kakak saya menegur perbuatan itu dan saya menjawab, jika patung itu tidak bisa melindungi dirinya sendiri, lalu mengapa kita meminta perlindungan darinya? Apa yang diberikan patung itu pada kita?," kisah Nur Fatima mengingat masa kecilnya.
Ia mengatakan bahwa dalam keluarganya ada ritual dimana seorang anak perempuan, ketika menikah, harus mencuci kaki suaminya dan meminum air cuci kaki itu. Nur Fatima sejak awal menolak keras tradisi itu dan karenanya ia sering kena tegur keluarganya.
Sejak tinggal sendiri karena sekolah di luar negeri, Nur Fatima pernah sesekali mengunjungi sebuah Islamic Center. Dari pembicaraan yang sering ia dengar, ia jadi tahu bahwa kaum Muslimin tidak menyembah patung atau berhala tapi hanya menyembah apa yang kemudian ia ketahui disebut "Allah" Swt oleh kaum Muslimin.
Nur Fatima mengatakan bahwa ibadah salat yang membuatnya sangat terkesan dengan orang-orang Islam. "Awalnya saya tidak tahu bahwa ibadah yang mereka lakukan itu disebut salat. Tadinya saya pikir, mereka melakukan sejenis latihan kebugaran. Saya tahu ibadah yang mereka lakukan disebut salat ketika saya berkunjung ke Islamic Center itu," ujar Nur Fatima yang mengaku, sejak itu ia sering bermimpi berada di dalam sebuah ruangan empat dimensi, namun ia tidak tahu apa makna mimpi itu.
Setelah menikah dan menetap di Bahrain, Nur Fatima banyak belajar tentang Islam, apalagi lingkungannya adalah kaum Muslimin. Ia sering mengunjungi kenalan-kenalannya yang muslim. Pernah pada bulan Ramadan, sahabat muslimnya meminta Nur Fatima untuk tidak sering berkunjung karena sahabatnya itu merasa terganggu dengan kedatangan Fatima. Tapi Fatima meminta agar temannya itu tidak melarangnya datang ke rumah karena sebagai seorang yang baru masuk Islam, ia ingin mengamati apa saja yang dilakukan seorang muslim pada saat bulan Ramadan.
Sahabatnya lalu memperkenankan Fatima berkunjung selama bulan Ramadan, dan dari kunjungannya itu Fatima mengamati bagaimana sahabatnya salat dan membaca Al-Quran. Diam-diam, Fatima mengikuti gerakan salat meski saat itu ia tidak banyak tahu tentang salat dan bacaannya. Ia mengunci kamarnya saat melakukan semua itu. Tapi suatu ketika, ia lupa mengunci kamarnya dan suaminya menyaksikan apa yang dilakukan Fatima. Fatima tahu suaminya akan marah, awalnya ia merasa takut untuk menjelaskan, tapi akhirnya ia mendapatkan keberanian, entah darimana, untuk mengatakan bahwa ia sudah masuk Islam dan yang ia lakukan adalah salat, kewajiban sebagai seorang muslim.
Suami Fatima murka mendengarnya, begitu pula saudara perempuan Fatima saat mendengar bahwa Fatima sudah menjadi seorang muslim. Keduanya memukuli Fatima sampai babak belur.
Setelah kejadian itu, Fatima tidak boleh menemuai siap pun dan ia dikunci di dalam kamar. Ketika itu, Fatima belum resmi menjadi seorang muslim, ia sendiri heran mengapa ia berani dengan tegas mengatakan bahwa ia sudah masuk Islam pada suaminya.
Suatu malam, putera tertua Fatima yang masih berusia 9 tahun masuk ke kamarnya dan menangis. Anak lelakinya itu meminta ibunya untuk melarikan diri dari rumah, karena keluarga mereka berniat membunuh Fatima karena mengaku sudah masuk Islam.
"Saya tidak bisa melupakan momen yang berat itu ketika anak lelaki pertama saya membangunkan adiknya dan mengatakan, 'Bangun, mama akan pergi. Temuilah mama sekarang, karena tak ada yang tahu apakah mama akan bertemu kita lagi atau tidak'," kata Fatima.
"Anak kedua saya baru menemuai saya beberapa hari kemudian, ia bertanya apakah saya akan pergi dan saya cuma bisa mengangguk. Saya yakinkan dia bahwa kita akan bertemu lagi," sambung Fatima.
Di tengah malam gelap dan dingin, Fatima meninggalkan rumah dengan membawa dua cinta dalam hatinya. Cinta terhadap kedua puteranya dan cintanya pada Islam.
Fatima menuju sebuah kantor polisi. Beruntung, ada seorang petugas polisi yang mengerti bahasa Inggris. Setelah meminta istirahat sebentar, pada petugas polisi itu mengatakan bahwa ia pergi dari rumah karena ingin masuk Islam. Petugas polisi itu kemudian membantu Fatima dan memberikan tempat berlindung sementara di rumahnya. Fatima menolak untuk kembali pulang, ketika keesokan harinya suaminya datang ke kantor polisi dan mengatakan bahwa isterinya telah diculik.
Petugas polisi itu kemudian membawa Fatima ke rumah sakit untuk menjalani perawatan karena luka-luka yang dialaminya akibat pemyiksaan yang dilakukan suami Fatima. Setelah luka-lukanya sembuh, Fatima langsung mengunjungi sebuah Islamic Center terdekat. Di Islamic Center itu, ia melihat sebuah gambar tergantung di dinding. Saat itulah ia menyadari bahwa gambar itulah yang pernah hadir dalam mimpi-mimpinya. Seorang petugas Islamic Center mengatakan bahwa gambar itu adalah gambar Ka'bah.
Di Islamic Center itulah ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan Nur Fatima diangkat anak oleh pemilik Islamic Center itu. Ia kemudian dinikahkan dengan seorang lelaki muslim. Impiannya setelah resmi menjadi seorang muslim ketika itu adalah, segera pergi ke Baitullah dan menunaikan rukun Islam yang kelima. (ln/cti/isw)
Setelah memeluk Islam, ia mengubah namanya menjadi Nur Fatima. Kisahnya menjadi seorang muslim, melalui jalan panjang dan berliku. "Saya lahir dan menikah di Mumbai, India. Usia saya 30 tahun, tapi saya masih merasa seperti anak yang masih berusia lima tahun, karena pengetahuan saya tentang Islam masih sedikit, tidak lebih dari pengetahuan yang dimiliki anak usia lima tahun," kata Kavita atau Nur Fatima yang menyandang gelar master dari Universitas Cambrigde ini.
"Saya menyesal, karena selama ini saya cuma mengejar gelar kesarjanaan di dunia , tapi tidak melakukan apapun untuk kehidupan di akhirat kelak. Sekarang, saya ingin melakukan sesuatu untuk kehidupan di Hari Akhir nanti," ujar Nur Fatima yang dianugerahi dua putra ini.
Ditanya tentang bagaimana awalnya ia memilih menjadi seorang muslim, Nur Fatima menjawab dengan mengungkapkan rasa syukurnya pada Allah Swt. "Pertama kali, saya ingin mengucapkan syukur pada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya. Ketika Allah Swt. berkehendak, Ia akan memberikan pemahaman pada seseorang tentang agama Islam," tuturnya.
"Saya tumbuh di lingkungan orang-orang Hindu ekstrim yang sangat membenci orang-orang Islam. Saya memeluk Islam setelah menikah, tapi sejak remaja saya tidak senang dengan penyembahan terhadap patung-patung ..."
"Saya ingat, dulu pernah menaruh sebuah patung sesembahan ke dalam ruang untuk mencuci di rumah. Kakak saya menegur perbuatan itu dan saya menjawab, jika patung itu tidak bisa melindungi dirinya sendiri, lalu mengapa kita meminta perlindungan darinya? Apa yang diberikan patung itu pada kita?," kisah Nur Fatima mengingat masa kecilnya.
Ia mengatakan bahwa dalam keluarganya ada ritual dimana seorang anak perempuan, ketika menikah, harus mencuci kaki suaminya dan meminum air cuci kaki itu. Nur Fatima sejak awal menolak keras tradisi itu dan karenanya ia sering kena tegur keluarganya.
Sejak tinggal sendiri karena sekolah di luar negeri, Nur Fatima pernah sesekali mengunjungi sebuah Islamic Center. Dari pembicaraan yang sering ia dengar, ia jadi tahu bahwa kaum Muslimin tidak menyembah patung atau berhala tapi hanya menyembah apa yang kemudian ia ketahui disebut "Allah" Swt oleh kaum Muslimin.
Nur Fatima mengatakan bahwa ibadah salat yang membuatnya sangat terkesan dengan orang-orang Islam. "Awalnya saya tidak tahu bahwa ibadah yang mereka lakukan itu disebut salat. Tadinya saya pikir, mereka melakukan sejenis latihan kebugaran. Saya tahu ibadah yang mereka lakukan disebut salat ketika saya berkunjung ke Islamic Center itu," ujar Nur Fatima yang mengaku, sejak itu ia sering bermimpi berada di dalam sebuah ruangan empat dimensi, namun ia tidak tahu apa makna mimpi itu.
Setelah menikah dan menetap di Bahrain, Nur Fatima banyak belajar tentang Islam, apalagi lingkungannya adalah kaum Muslimin. Ia sering mengunjungi kenalan-kenalannya yang muslim. Pernah pada bulan Ramadan, sahabat muslimnya meminta Nur Fatima untuk tidak sering berkunjung karena sahabatnya itu merasa terganggu dengan kedatangan Fatima. Tapi Fatima meminta agar temannya itu tidak melarangnya datang ke rumah karena sebagai seorang yang baru masuk Islam, ia ingin mengamati apa saja yang dilakukan seorang muslim pada saat bulan Ramadan.
Sahabatnya lalu memperkenankan Fatima berkunjung selama bulan Ramadan, dan dari kunjungannya itu Fatima mengamati bagaimana sahabatnya salat dan membaca Al-Quran. Diam-diam, Fatima mengikuti gerakan salat meski saat itu ia tidak banyak tahu tentang salat dan bacaannya. Ia mengunci kamarnya saat melakukan semua itu. Tapi suatu ketika, ia lupa mengunci kamarnya dan suaminya menyaksikan apa yang dilakukan Fatima. Fatima tahu suaminya akan marah, awalnya ia merasa takut untuk menjelaskan, tapi akhirnya ia mendapatkan keberanian, entah darimana, untuk mengatakan bahwa ia sudah masuk Islam dan yang ia lakukan adalah salat, kewajiban sebagai seorang muslim.
Suami Fatima murka mendengarnya, begitu pula saudara perempuan Fatima saat mendengar bahwa Fatima sudah menjadi seorang muslim. Keduanya memukuli Fatima sampai babak belur.
Setelah kejadian itu, Fatima tidak boleh menemuai siap pun dan ia dikunci di dalam kamar. Ketika itu, Fatima belum resmi menjadi seorang muslim, ia sendiri heran mengapa ia berani dengan tegas mengatakan bahwa ia sudah masuk Islam pada suaminya.
Suatu malam, putera tertua Fatima yang masih berusia 9 tahun masuk ke kamarnya dan menangis. Anak lelakinya itu meminta ibunya untuk melarikan diri dari rumah, karena keluarga mereka berniat membunuh Fatima karena mengaku sudah masuk Islam.
"Saya tidak bisa melupakan momen yang berat itu ketika anak lelaki pertama saya membangunkan adiknya dan mengatakan, 'Bangun, mama akan pergi. Temuilah mama sekarang, karena tak ada yang tahu apakah mama akan bertemu kita lagi atau tidak'," kata Fatima.
"Anak kedua saya baru menemuai saya beberapa hari kemudian, ia bertanya apakah saya akan pergi dan saya cuma bisa mengangguk. Saya yakinkan dia bahwa kita akan bertemu lagi," sambung Fatima.
Di tengah malam gelap dan dingin, Fatima meninggalkan rumah dengan membawa dua cinta dalam hatinya. Cinta terhadap kedua puteranya dan cintanya pada Islam.
Fatima menuju sebuah kantor polisi. Beruntung, ada seorang petugas polisi yang mengerti bahasa Inggris. Setelah meminta istirahat sebentar, pada petugas polisi itu mengatakan bahwa ia pergi dari rumah karena ingin masuk Islam. Petugas polisi itu kemudian membantu Fatima dan memberikan tempat berlindung sementara di rumahnya. Fatima menolak untuk kembali pulang, ketika keesokan harinya suaminya datang ke kantor polisi dan mengatakan bahwa isterinya telah diculik.
Petugas polisi itu kemudian membawa Fatima ke rumah sakit untuk menjalani perawatan karena luka-luka yang dialaminya akibat pemyiksaan yang dilakukan suami Fatima. Setelah luka-lukanya sembuh, Fatima langsung mengunjungi sebuah Islamic Center terdekat. Di Islamic Center itu, ia melihat sebuah gambar tergantung di dinding. Saat itulah ia menyadari bahwa gambar itulah yang pernah hadir dalam mimpi-mimpinya. Seorang petugas Islamic Center mengatakan bahwa gambar itu adalah gambar Ka'bah.
Di Islamic Center itulah ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan Nur Fatima diangkat anak oleh pemilik Islamic Center itu. Ia kemudian dinikahkan dengan seorang lelaki muslim. Impiannya setelah resmi menjadi seorang muslim ketika itu adalah, segera pergi ke Baitullah dan menunaikan rukun Islam yang kelima. (ln/cti/isw)
07.34
|
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- "Air Mata Dalam Sujud"
- “Akan Sampai Waktunya”
- "Diri ini adalah kendaraan kita sendiri...."
- "Generasi Ghuroba..."
- ~~* Untukmu Wanita Shalehah *~~
- ADAB-ADAB MELAMAR PINANGAN
- Airmata dalam Doaku
- Akhi wa Ukhti fillah...
- Aku Dimata Orangtuamu
- AKU JATUH CINTA♥Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ
- Al Habib Ali bin Muhammad bin Husin Al Habsyi
- Allah yang Maha Pemurah...
- ANGGOTA SUJUD
- Antara Aku dan ” aku “
- atau Mutiara..?
- Ayah aku ingin meraih Syurga
- Bahasa Akal Bahasa Hati
- Balasan
- Balasan Surga Bagi Para Wanita
- Berbahagialah
- Bercanda Yang Syar’i
- Bunga
- Calon istri seperti apa yang kamu cari akhi...??
- CINTA DAN DO'A
- ciri-ciri lelaki sholeh
- Ciri-Ciri wanita ahli surga
- ciri-ciri wanita shalehah
- Dakwah Adalah Cinta
- Dari seorang Al-faqir
- DO’A
- Duhai Muslimah...
- Duhai Ukhti
- Engkau Memang Cantik...
- English version
- GAK AKAN KEMANA
- Haruskah Kau Buka Auratmu....?
- Hizb An Nashr
- Hubungan Muda-Mudi
- Hukum Cadar
- Hukum Menikah Sirri
- I'm a Muslim and I'm Proud
- Ibu
- Ikhlas
- Indahnya Cinta Karena Allah
- Izinkan Aku mencintai Mu Semampu ku
- Izinkan Aku Menikahimu
- Izinkan Aku Untuk Melamarmu
- Jalan Ibadah Amat Luas Untukmu
- Jalan Menuju Kecantikan
- JAUHILAH TABARRUJ…
- Jauhkan Rindu
- JILBAB DAN KHIMAR
- just.. renungan
- KALAU SUDAH JODOH
- Karena Cinta Aku Murtad
- Kejahatan Diantara Muslimin
- ketika cinta ternoda
- Keutamaan Majelis Dzikir
- KHALWAT
- Khitbah
- Kisah
- Kisah inspiratif
- Kisah Mahar Paling Mulia
- Kisah Sedih
- Kisahku
- Kitab Irsyad al-’Ibad
- Kumpulan Shalawat
- Kunci Ketenangan Batin
- LARANGAN KHALWAT
- Makna Perkataan Al-Hamwu
- MATA HATI YANG BUTA
- Mencoba memahami bukan memaksakan..
- Mengharap Ridho Allah swt
- Mewaspadai bahayanya berkhalwat
- Mukhtasor Al-Fatawa Al-Mishriyah
- Muslimah
- Novel
- Orang Yang Pemaaf
- Permata Terindah Di Dunia
- Pinta ku padamu
- Qiyamul lail
- RAHASIA SEDEKAH
- Rattib Al-Attas
- Renungan
- Renungan kehidupan
- Rindu dekap Lara
- Salahkah aku
- Saudariku… Sampai Kapan Kau Terlena?
- Saya Bosan Hidup
- Sebab Mekarmu Hanya Sekali
- Sebuah Renungan Hati Untuk Ukhti Muslimah
- Seorang Muslim Yang Baik
- Sifat-Sifat Bidadari Surga
- Siwak Membawa Keridhoan Allah swt
- Ta'aruf dulu baru Menikah
- TAFAKUR
- Tangisan seorang lelaki
- Tangisanmu mempunyai Arti
- Tangismu
- Tawasul
- Tentang Hati
- Tentang Pernikahan
- Tentang Shalawat
- Tentang Syababul Huda
- TERBUKA DAN TERTUTUPNYA PINTU SURGA
- Tujuh Kelompok Yang Dinaungi Allah swt
- Tunjukkan Padaku Kalau Kau Mencintaiku...
- Ucapan Subhanallahi Wabihamdih
- Ukhti
- Ukhti Hatimu Dijendela Dunia..
- UMAT SAYIDINA MUHAMMAD SAW
- UMAT YANG BERCAHAYA DI HARI KIAMAT
- Untuk Mu Saudariku
- Untukmu Ummi
- Ustadz
- Wahai Hamba Allah
- wanita shalehah
- wasiat Rasulullah saw di waktu terakhirnya
- Ya Allah Tolonglah Kami
- Ya Allah.. Aku tak Ingin Sendiri
- Ya Allah.. Ya Rasulullah..
- YA UKHTI…
- Yang Paling Dicintai Rasulullah saw
- Yang Terlupa Dari Keikhlasan
- Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ♥YA ALLAH
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda di sini "but no SPAM,sara,or porno list because I will erase it"